#1 keresahan
Bismillahirrahmanirrahim
Kemarin serasa sudah cukup untuk menjalani kegiatan yang secara tidak sadar mengisi waktu kurang lebih selama setahun. Ingin berhenti. Cape. Ya, intinya pengen udahan.
Aku sadar bukan cuman aku saja yang ingin berhenti atau mungkin untuk orang lain lebih tepatnya menyelesaikannya. Aku tau bukan hanya aku yang cape tapi orang lain juga. Tapi saat itu aku sedang tidak percaya diri, meragukan bahwa diri ini masih bisa berjuang untuk menyelesaikannya. Serasa pikiran satu dan lainnya saling bertabrakan dan membuat pemiliknya resah. Ditambah ada sesuatu yang berharga yaitu kepercayaan yang telah ternoda. Aku ingin tau, bagaimana orang lain menanggapinya? Apakah sama sepertiku? Tapi Allah Yang Maha Besar dengan kesempurnaan-Nya telah menciptakan manusia dengan perbedaan. Kita sebagai makhluk-Nya bukankah sebaiknya saling melengkapi dan menguatkan sesama dalam sesuatu yang berarah positif. Bukan malah saling menjatuhkan dan membela diri, karena rasanya itu semakin memudarkan tali persaudaraan. Tapi aku pengen benerin dulu diri sendiri, misalnya terbesit pemikiran tersebut. Bukankah memperbaiki diri akan terasa lebih ringan bila dilakukan bersama. Kadang kita selalu ingin dimengerti, tanpa berpikir ulang bahwa kita juga harus mengerti perasaan orang lain. Semua itu pasti ada sakit hatinya, kesel, marah, senang, haru, bangga dan suatu saat nanti akan diingat sambil tersenyum.
Untukmu yang melihat mutiara jatuh dari jendela duniaku, terima kasih telah memberi semangat, maafkan diriku yang mungkin terlalu terbawa arus hati semoga kalian tetap menerimaku, tapi percayalah aku menyimpan rasa sayang aku terhadap kalian. InsyaAllah. Aku hanya ingin kita bahagia bareng-bareng dan bisa ngelakuin kebaikan bareng-bareng.
Jangan putus asa, Allah menyukai makhluk yang kuat.
Basmalah. Pejamin mata. Tarik nafas. Buang nafas. Bilang kediri sendiri bahwa aku bisa karena Allah selalu ada. Inget, Allah tidak akan membebani makhluk-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya.
Salam pantang menyerah,
Mimil.
Kemarin serasa sudah cukup untuk menjalani kegiatan yang secara tidak sadar mengisi waktu kurang lebih selama setahun. Ingin berhenti. Cape. Ya, intinya pengen udahan.
Aku sadar bukan cuman aku saja yang ingin berhenti atau mungkin untuk orang lain lebih tepatnya menyelesaikannya. Aku tau bukan hanya aku yang cape tapi orang lain juga. Tapi saat itu aku sedang tidak percaya diri, meragukan bahwa diri ini masih bisa berjuang untuk menyelesaikannya. Serasa pikiran satu dan lainnya saling bertabrakan dan membuat pemiliknya resah. Ditambah ada sesuatu yang berharga yaitu kepercayaan yang telah ternoda. Aku ingin tau, bagaimana orang lain menanggapinya? Apakah sama sepertiku? Tapi Allah Yang Maha Besar dengan kesempurnaan-Nya telah menciptakan manusia dengan perbedaan. Kita sebagai makhluk-Nya bukankah sebaiknya saling melengkapi dan menguatkan sesama dalam sesuatu yang berarah positif. Bukan malah saling menjatuhkan dan membela diri, karena rasanya itu semakin memudarkan tali persaudaraan. Tapi aku pengen benerin dulu diri sendiri, misalnya terbesit pemikiran tersebut. Bukankah memperbaiki diri akan terasa lebih ringan bila dilakukan bersama. Kadang kita selalu ingin dimengerti, tanpa berpikir ulang bahwa kita juga harus mengerti perasaan orang lain. Semua itu pasti ada sakit hatinya, kesel, marah, senang, haru, bangga dan suatu saat nanti akan diingat sambil tersenyum.
Untukmu yang melihat mutiara jatuh dari jendela duniaku, terima kasih telah memberi semangat, maafkan diriku yang mungkin terlalu terbawa arus hati semoga kalian tetap menerimaku, tapi percayalah aku menyimpan rasa sayang aku terhadap kalian. InsyaAllah. Aku hanya ingin kita bahagia bareng-bareng dan bisa ngelakuin kebaikan bareng-bareng.
Jangan putus asa, Allah menyukai makhluk yang kuat.
Basmalah. Pejamin mata. Tarik nafas. Buang nafas. Bilang kediri sendiri bahwa aku bisa karena Allah selalu ada. Inget, Allah tidak akan membebani makhluk-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya.
Salam pantang menyerah,
Mimil.
Komentar
Posting Komentar